Judul : Tuntunan Shalat Untuk Warga
NU Dan Dalil-Dalilnya
Penulis : KH. M. Sholeh Qosim, M.Si, A. Afif
Amrullah, M.EI
Penerbit : Muara Progresif
Cetakan : I, Agustus 2014
Tebal : xvi + 179 hal. 14,5 x 21 cm
Harga : Rp. 35.000,-
Diskon : Tiap pembelian 5 Eks/pcs Diskon
17%, Pembelian 10 Eks/pcs Diskon 25%. (Contact SMS/Telp 085655249960)
Pertanyaannya,
seperti apa shalat yang sesuai dengan aturan itu? Bagaimana shalat yang sesuai
dengan aturan itu?
Seperti yang telah dijelaskan dalam
buku “Tuntunan Shalat Untuk Warga NU Dan Dalil-Dalilnya”, shalat secara bahasa
berarti do’a. Sedangkan menurut istilah ialah suatu ibadah yang terdiri dari
perbuatan dan perkataan yang dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan
salam. Di dalam shalat ada syarat-syarat yang harus kita penuhi. Diantaranya
ada syarat wajib shalat, syarat sah shalat, dan syarat diterimanya shalat. Ini
yang harus diperhatikan pertama kali ketika akan melaksanakan shalat. (halaman
: 34-35)
Yang harus menjadi catatan disini
adalah syarat wajibnya shalat, sahnya, sampai diterimanya shalat. Misalnya
syarat wajibnya shalat sudah terpenuhi oleh kita, belum tentu shalat kita sah.
Sahnya shalat harus juga diperhatikan. Selanjutnya, syarat wajibnya dan syarat
sahnya sudah terpenuhi, belum tentu juga diterima shalatnya. Karena masih ada
syarat diterimanya shalat. Intinya, yang tiga itu memang harus diperhatikan.
Apa saja syarat wajibnya shalat,
sahnya shalat, dan diterimanya shalat? Syarat wajibnya shalat, sahnya shalat,
dan diterimanya shalat ini banyak yang harus kita pelajari dan tidak mungkin
saya menjelaskan secara detail dalam tulisan yang hanya beberapa kata ini. Maka
tak salah kalau saya mengatakan bacalah buku Tuntunan Shalat Untuk Warga NU Dan
Dalil-Dalilnya itu. Dalam buku itu menjelaskan secara rinci hal apa saja yang
berhubungan dengan shalat. Di dalamnya terdapat dalil-dalil baik Al-Qur’an,
Hadist maupun kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama.
Hadirnya buku yang ditulis oleh KH M
Sholeh Qosim, MSi dan A Afif Amrullah, M.EI itu juga menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh sebagian golongan umat Islam. Sebab
belakangan ini ibadah kita terutama shalat mulai dipertanyakan dalil-dalilnya.
Hadirnya buku itu memperjelas kebenaran atau keabsahan ibadah kita.
Mengenai qunut yang sangat
kontroversial di kalangan umat Muslim juga dibahas dengan sangat rinci dalam
buku yang setebal 187 itu. Membaca buku itu, qanut sebagai do’a yang dibaca
setelah i’tidal itu tidak perlu dipertanyakan lagi tentang kesunnahannya. Semua
sudah dijelaskan. Membaca bukunya tercermin sifat kehati-hatian dalam mengambil
dalil-dalil baik Al-Qur’an maupun Hadist.
Hadist Nabi Muhammad SAW : Shalatlah
seperti kalian melihat aku shalat. (HR. Bukhari).
Sudah
jelas kalau kita melaksanakan shalat harus sama dengan shalat Rasulullah SAW.
Permasalahannya, seperti apa shalatnya Rasulullah? Sebaiknya Anda membaca buku
itu karena di dalamnya selain menjelaskan shalat juga dilengkapi gambar-gambar
metode melaksanakannya. Selain itu, ibadah yang berkaitan dengan shalat,
misalnya wudlu’, tayamum, dan dzikir juga ada penjelasannya. Dan, saya yakin
seperti dalam buku itulah shalat Rasulullah SAW.
Membaca judul buku itu yang muncul
dalam benak kita adalah gambaran shalatnya orang Nahdliyyin. Tapi itu hanya
judul bukan garis pembatas. Buku itu cocok dibaca siapa saja, termasuk warga
Muhammadiyah dan seluruh orang Islam. Buku itu adalah Buku Shalat Pedoman Umat.
*Peresensi : Moh. Sardiyono, alumni PP. Nasy-atul
Muta’allimin Gapura Sumenep Madura dan Mahasiswa di UIN Sunan Ampel Surabaya/
NU Online.
Testimonial dari
Ulama Nahdlatul Ulama (NU)
1. KH Abdul Manan A. Ghani – Ketua LTM-PBNU: “Saya minta kepada Kiai Sholeh Qosim untuk menyusun
buku tuntunan ibadah shalat (mulai wudlu, tayamum dan berjamaah) untuk warga NU
disertai dengan dalil dan gambar, sebagaimana yang beliau ajarkan dalam
diklat-diklat shalat sempurna seperti Nabi SAW.”
2. KH Abdul Muchit Muzadi – Mustasyar PBNU: Beberapa tahun ini banyak kelompok yang
mempertanyakan dalil amaliah kita, termasuk masalah wudlu dan shalat. Maka
terbitnya buku seperti ini sangat dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa ibadah para
kiai dan santri nahdliyin sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW. Pesan
saya, walaupun buku ini telah dilengkapi dengan dalil dan gambar, sepatutnya
tetap belajar kepada para guru atau kiai yang betul-betul kiai, seperti dawuh
Hadhratus Syaikh: Ilmu adalah agama, hakikat shalat juga agama,
perhatikan dari siapa kalian memperoleh ilmu itu, dan bagaimana kalian
memunaikan shalat, karena kelak kalian akan ditanya (tentang semua itu),
janganlah menimba ilmu kecuali dari ahlinya, yakni seorang yang adil (tsiqah)
dan bertakwa kepada Allah. (Risalah Ahlus sunnah Wal Jama’ah: hal 32-33,
dalam Irsyad as-Syari). Dengan begitu ilmu yang didapat, dari guru yang
pernah mengaji langsung dari gurunya, seterusnya bersambung pada pengarang.
Sedangkan pengarang dari para ulama, tabi’in, sahabat, sampai kepada Rasulullah
SAW dan keluarganya. Tradisi keilmuan semacam ini memiliki sanad yang dapat
dipertanggung jawabkan, baik secara ilmiah juga di hadapan Allah SWT.
3. KH M. Bashori Alwi Mustadho – Penasehat JQH PBNU: Alfaqir sangat
bergembira dan bersyukur kehadirat Allah SWT serta mendukung. Alfaqir juga
berdoa semoga buku yang sangat berharga ini bermanfaat, kiranya di dunia dan
akhirat bagi penulis, pembaca, dan penggunanya.
4. Prof. Dr. KH Ahmad Zahro, MA – Guru Besar UIN Sunan Ampel: Buku kecil ini
berupaya memadukan fiqih qauly NU dengan fiqih manhajy NU, dengan menampilkan
ibarah kitab mu’tabarah dipadu dengan tambahan dalil-dalil yang diperlukan.
Memang ini rintisan yang amat berat, tapi sungguh mulia, semoga sukses.
0 komentar:
Posting Komentar