Judul : Siapakah Pengikut
Salafus Shaleh? (Memahami Pola Keberagaman NU, Salafi Wahabi, HTI, MTA, dan
LDII)
Penulis : Nur Hidayat Muhammad
Penerbit : Muara Progresif Surabaya
Cetakan : I, Mei 2014
Tebal : xvi + 159 hal. 14,5 x 21 cm
Penulis : Nur Hidayat Muhammad
Penerbit : Muara Progresif Surabaya
Cetakan : I, Mei 2014
Tebal : xvi + 159 hal. 14,5 x 21 cm
Harga : Rp. 32.000,-
Diskon : Tiap pembelian 5 Eks/pcs Diskon
17%, Pembelian 10 Eks/pcs Diskon 25%. (Contact SMS/Telp 085655249960)
*Dewasa ini kelompok-kelompok baru
dalam Islam khususnya di Indonesia banyak bermunculan. Beragam bentuk dan
aksiditampilkan sehingga menambah deretan panjang firqah-firqah Islam yang sudah ada.
Umat pun menjadi berpetak-petak, begitulah pemandangan yang dapat kita lihat.
Diantara beberapa kelompok, ada yang berlebihan dalam meyakini jalan yang
dibina oleh kelompoknya, sehingga cenderung mengkafirkan kelompok lain yang tidak
sepaham dengannya. Seolah kalau bukan kelompoknya bukan kawan. Kawan hanya
dalam kelompoknya. Beberapa kelompok itu biasanya selalu bersikukuh
mempertahankan pendapatnya sendiri walaupun pendapatnya itu keliru.
Tiap-tiap kelompok sebenarnya
memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mencari kebenaran dalam hidup beragama.
Hanya saja metode berpikir mereka yang salah. Hal inilah yang mengakibatkan
mereka meleset dari makna kebenaran agama dan cenderung tersesat dan
menyesatkan. Mereka terlalu mengandalkan rasionya dan dangkal dalam menafsirkan
suatu Al-Qur’an dan Hadits.
Keadaan yang seperti ini ternyata
membuat ulama Nahdlatul Ulama (NU) risau dan gelisah. Paham yang sudah dibina
mulai dari puluhan tahun yang lalu, kini selalu disalahkan oleh kelompok yang
tidak sepaham dengan NU. Warganya terus digoda dan dirayu supaya mengikuti
paham kelompok-kelompok itu. Para ulama NU terus dirundung kekhawatiran. Sayang
bagi warga NU kalau mengikuti jejak mereka itu.
Dan, akhirnya dari kekhawatiran,
gelisahan, dan kerisauan itu, Nur Hidayat Muhammad tergerak untuk melawan dan
membantengi warga NU dengan menerbitkan buku yang berjudul Siapakah Pengikut Salafus Shaleh? (Memahami
Pola Keberagaman NU, Salafi Wahabi, HTI, MTA, dan LDII). Buku itu
berisi perlawanan atas pernyataan kelompok-kelompok itu yang cenderung
menyalahkan cara atau metode NU dalam beragama.
Misalnya tentang taqlid dan ittiba’. Salafi Wahabi menyatakan bahwa taqlid adalah sesuatu yang tercela, sedangkan ittiba’ adalah sesuatu yang
terpuji. Namun pernyataan ini dijawab oleh Nur Hidayat Muhammad dalam bukunya
itu, pertama secara mayoritas ulama ushul tidak pernah membedakan antara taqlid dan ittiba’.
Kedua dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang memuji ittiba’ dan mencela ittiba’. Yang mencela ittiba’ terdapat dalam surah Al-Baqarah:
166-167. Adapun yang memuji ittiba’ terdapat dalam surah Yusuf: 108.
Dari ayat-ayat itu mempertegas bahwa ittiba’ tidak hanya hanya berlaku
perilaku yang terpuji saja, tetapi perilaku buruk dan tercela juga kadang
disebut ittiba’.
(hal 57-58) Intinya, pernyataan Salafi Wahabi yang membedakan kedua istilah
tersebut, dipertanyakan dalil-dalilnya dalam buku yang ditulis oleh pengurus
forum ustadz dalam wadah Forum Komunikasi Islam (FKI) di wilayah Solo itu.
Secara bahasa, buku itu mudah
dimengerti oleh setiap kalangan masyarakat. Membacanya mudah menemukan
titik-titik kontroversial antara Ahlusunnah wal Jam’ah dan kelompok-kelompok,
meminjam bahasa Nur Hidayat, sempalan”, seperti Salafi Wahabi dan
saudara-saudaranya, MTA, LDII, dan Tarbiyyah.
Bid’ah yang menuai pemahaman yang
kontroversial dikalangan ulama juga ada di dalam buku itu. Buku itu menjelaskan
tentang bid’ah menurut pandangan ulama Ahlusunnah wal Jama’ah dan pandangan
kelompok lain itu. (hal 29-38)
Lain dari pada itu, buku yang
setebal 159 halaman itu menyajikan bagaimana metode pemikiran ulama Ahlusunnah
wal Jama’ah dalam menyikapi setiap dinamika kehidupan yang seirama dengan
agama. Kita diajak kembali bagaimana berpikir seperti ulama Ahlusunnah wal
Jama’ah yang tidak mengandalkan nafsu dan jauh dari kepentingan apapun dalam
setiap memutuskan suatu problematika hukum dan menafsirkan suatu ayat dan Hadits.
Dengan kehadiran buku itu sebenarnya
bagi mereka yang cenderung melihat pendapatnya sendiri yang paling benar seolah
pendapatnya orang lain salah, perlu kerendahan hatinya ditingkatkan untuk
menerima kehadirannya. Buku itu jangan diibaratkan simbol teriakan permusuhan.
Buatlah buku itu untuk mengintrospeksi diri dan Anggaplah buku itu petunjuk
untuk memulai langkah ke jalan yang benar. Walhasil, buku itu sangat baik
dibaca oleh siapa saja. Wallahu
a’lam.
(nu.or.id)
*Peresensi : Moh. Sardiyono, pelajar
alumni PP. Nasyiatul Muta’allimin Gapura Sumenep Madura dan Mahasiswa di
UIN Sunan Ampel Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar